Rabu, 13 April 2011

Cerita seorang gadis kecil

Gadis kecil itu begitu lincah, umurnya belumlah genap 4 tahun ketika aku pertama kali mengenalnya. Disetiap permainan dengan teman2 sebayanya di tempat kami tinggal, dia selalu lebih dominan dalam mengatur dan memerintah. Dan dengan patuh teman2nya mengikuti semua instruksi yang diberikannya...lucunya.
Sering kali diapun ke rumahku, bermain dengan putra sulungku.
Dan tetap, dia mendominasi semua mainan yang alif punya, dan yang lainnya.
"Kaka dulu ya lif, nanti baru alif" samar2 ku dengar celotehnya yang sedang bermain diteras depan rumahku.
Dan diapun tidak pernah sungkan atau malu kusuapi ketika aku sedang menyuapi alif.
Ataupun meminta sesuatu dariku.
Anak itu begitu polosnya, walau kadang sedikit membuatku jengkel.
Namun jika aku teringat cerita ibuku tentang masa kecilku, aku jadi memakluminya.
Karena aku tidak jauh beda dari dirinya.
Terkadang si mba yang selalu mengasuhnyapun "menyerah" ketika dia ngambek tidak mau pulang. Menjelang magrib barulah diapun pulang, itupun  setelah papahnya yang baru saja pulang kerja menyuruhnya pulang.

Di suatu siang ku dengar tangisnya yang menjadi-jadi, aku bergegas keluar.
Kulihat gadis kecil itu di jendela tingkat 2 rumahnya, sedang sang mamah bergegas ke luar rumah diikuti si mba pengasuh.
"Mamah pergi dulu yah...!" pamit sang mamah kepadanya dari bawah sambil melambaikan tangan ke arahnya, dengan sedikit rasa bersalah yang tergambar diwajahnya. Lagi2 dengan terpaksa harus meninggalkan gadis kecil itu, karena rasa tanggung jawabnya yang begitu besar kepada anak didiknya yang tak mungkin di tinggalkannya hanya karena tangisan seorang anak kecil.
"Mamah jahaaaaaaaaaat...!" tangisnya semakin menjadi-jadi.
Hatiku sedih melihat pemandangan didepanku. Aku bisa memahami perasaan gadis kecil itu, tapi akupun sangat tidak menyukai tangisan anak kecil apalagi sampai meraung-raung seperti itu.
"Sini kaka main aja ama alif yuk..!" Teriakku dari bawah mencoba menghiburnya yang tetap tidak beranjak dari depan jendela.
Namun akhirnya si mbapun berhasil meredakan tangisnya.

Pernah suatu hari ia memprotes mamahnya " Alif mamahnya gak kerja, nisa mamahnya gak kerja.....mamah juga gak usah kerja, mamah dirumah saja sama aku". Cerita si mba pengasuh kepadaku, namun aku tidak tahu apa jawaban sang mamah. Yang pasti bisa membuatnya puas terbukti permintaannya tak pernah diulanginya lagi.

Kini dia berumur 9 tahun.
Dan perlahan sifat2nya mulai berubah.
Waktunya lebih banyak dihabiskan di dalam rumah dan sekolah.
Dan meskipun hari libur, tidak pernah keluar rumah bermain dengan teman2nya seperti dulu...
Dan setiap pertanyaan yang ku ajukan selalu dijawabnya dengan singkat.
Padahal aku berharap dia berbicara panjang lebar, seperti waktu dia kecil dulu.
Semua makanan kecil yang kutawarkan selalu di tolaknya.
"Gak ah, aku dah kenyang. Tadi udah makan". Walau itu adalah makanan favoritnya sekalipun.

Aku jadi kangen....
Celotehnya...
sifat periangnya....
Kelincahanya.....
Kepolosannya....
Menyuapinya bersama alif....

Waktu telah merubahnya....
Merubah segalanya....
Semua tinggal kenangan.....
Kenangan manis untukku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar