Rabu, 13 April 2011

SAAT TERAKHIR BERSAMAMU….


Sabtu,28 Maret 2009 jam 13.00
Aku bergegas kembali ke RS Marry, setelah sebelumnya kusempatkan membeli mobil Truk besar untuk irfan berharap dia semangat dan cepat sembuh. Namun sebenarnya ia lebih menginginkan mobil tangki seperti milik temannya,namun mobil itu tak kutemukan. Aku memasuki kamar 3405 tempat ke 2 buah hatiku dirawat. Ya… Alloh kuatkanlah aku,menerima cobaanMu ini berikanlah kesembuhan untuk mereka.Sambil beristigfar dan Do’a itu yang selalu kuulang2 dalam hati dan optimis mereka akan sehat kembali dan kami akan pulang ke rumah.
Kutatap irfan yang tertidur di pembaringan di temani sang ayah,di bangsal lain kutatap alif yang tertidur pulas. aku mulai kawatir karena aku merasa irfan tidak lebih baik dari sebelumnya. Setelah hampir 20 jam berada di ICU karena “shok” pada hari jum’at. Kuraba dahinya ,tangan dan kakinya terasa hangat. Dan menit berikutnya panas mulai meninggi dan dia menggigil kedinginan padahal telah kupasangkan kaos kaki celana panjang dan selimut. Suami,aku dan ibuku yang baru saja datang mulai panic, kami tak tahu apa yang harus kami perbuat,bolak-balik kami memanggil suster. Namun tak ada pertolongan yang berarti,hati kami cemas tak karuan. Aku berusaha mengompresnya dengan air hangat. Air mata berderai-derai, aku menghadap dokter jaga meminta agar irfan bisa di pindahkan ke rumah sakit lain atau berikanlah pertolongan yang terbaik untuknya dengan nada memelas. Dengan santainya dokter itu menjawab sekenanya, lalu bergantian suamiku menghadap dokter itu. Lalu datang suster yang berlogat sebrang menurutku suster itu lebih cekatan dan lebih sabar dibanding suster2 lain di rumah sakit itu. Dia memberikan penurun panas yang di masukkan melalui anusnya dan menyuntikan cairan ke dalam infusannya. Seketika panasnya mulai menurun dan irfan tidak lagi mengigil,kami sedikit bernafas lega     (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar