Rabu, 13 April 2011

Ibu Jangan Marah Lagi yah...

Semenjak menjadi seorang ibu. Aku yang dulu imut,kalem dan pendiam(katanya...) berubah total jadi superrrrrrr...cerewet,bawel,paranoid,dan pemarah . Apalagi semenjak ipang lahir....mungkin karena rutinitasku sebagai seorang  ibu "rt"  yang terkadang menjemukan ditambah 2 jagoanku yang ulahnya setiap hari ada-ada aja......membuatku tidak bisa mengendalikan emosiku sendiri. Betapa sering aku menyesali semua yang telah aku lakukan karena aku tidak bisa mengendalikan emosiku, "andai aku tadi bisa sedikit bersabar lagi.....". Suatu hari kuceritakan hal itu pada suamiku, tanpa di duga kata2 nya hari itu menjadi power kesabaran bagi ku sampai hari ini.
Ibu , Bapa pernah baca suatu kisah yang bagus sekali tentang marah. Ceritanya begini ada "si fulan" yang tidak bisa mengendalikan amarahnya. Dan jika dia marah mukanya menjadi merah seperti udang rebus dan kata2nya sangat kasar dan menyakitkan. Diapun menyadari hal itu dan ingin sekali berubah maka diapun mengadukan hal itu pada seorang Alim.Sang Alim pun menyarankan agar setiap kali dia marah, dia memakukan sebuah paku ke tembok. Si fulan pun menjalankan nasehat tsb. Suatu hari dia kembali menghadap Sang Alim, "Ya tuan saya telah menjalankan nasehatmu tapi tetap saja saya tidak berubah, dan sekarang tembok rumah saya penuh dengan paku". Lalu sang alimpun menjawab " kalau begitu sekarang setiap kali kamu berhasil mengendalikan amarahmu cabutlah paku tsb". Haripun berlalu si fulanpun kembali menghadap sang Alim.
 " Ya tuan, saya telah berhasil menahan amarah saya, dan sekarang tidak ada paku di tembok rumah saya" .
 "Alhamdulillah, kamu sudah dapat mengendalikan amarahmu, lalu apa yang tersisa di tembokmu".
 " Yang tersisa hanya lubang2 bekas tancapan paku".
" Ya itulah amarah, betapa sering kita menyakiti orang lain dengan kata2 kita, dan setiap kali pula kita menyadarinya dan meminta maaf atas kekhilafan kita. Namun sakit hati atas kata2 kasar seperti lubang2 bekas paku tidak dapat dihapus begitu saja oleh kata maaf".
Maka bersabarlah, dan sabar itu tidak ada batasnya. Sering kita mendengar sabar juga ada batasnya, itu berarti belum bersabar.
Dan sabar itu perlu proses....
Terharu jadinya, mendengar cerita itu . Entah benar atau tidak cerita tsb,tp setiap aku akan marah, aku jadi ingat bahwa hal itu kan meninggalkan bekas yang abadi.
Lalu mengapa kita tidak meninggalkan bekas yang indah di hati anak2 kita?
Akan tumbuh seperti apa anak2ku nanti jika mereka memendam sakit hati oleh kata2 ku.
Astagfirulloh....
Maafkan ibu ya ...
Ya Alloh ajarkan aku untuk selalu bersabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar